Laman

Kamis, 31 Maret 2011

KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN

Untuk menjadi homo humanus manusia harus mempelajari ilmu yang tentang the humanities. Pada umumnya the humanities berkaitan dengan filsafat teologi seni dan cabang – cabangnya termasuk sastra yang melingkupi sastra, sejarah, cerita rakyat, dan sebagainya.
Seni pada setiap jaman memegang peran penting dalam the humanities, karena seni merupakan suatu expresi nilai – nilai kemanusian yang nilai – nilai nya berbeda dengan filsafat dan agama. Karena seni adalah expresi yang bersifat tidak normative maka seni mudah untuk berkomunikasi. Sifat tidak normative, akan menyampaikan nilai – nilai yang ada di dalamnya akan fleksibel baik isi nya maupunya penyampaiannya.
Seni sastra mempunyai peranan lebih penting untuk berjalannya sebuah kebudayaan pada setiap jamannya. Karena sastra yang disampaikan dengan bahasa dapat menggambarkan seluruh kegiatannya yang dilakukan oleh manusia, termasuk untuk mengerti suatu filsafat. Sastra juga lebih mudah untuk berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah sebuah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa adalah abstraksi. Begitu juga pada cabang – cabang seni yang lain, sama – sama pada hakekatnya bersifat abstrak.
Sastra juga di dukung dengan cerita, dengan cerita orang akan lebih mudah tertarik, akan lebih mudah untuk mengemukakan gagasan yang dimilikinya. Seniman adalah orang yang penting karena ia adalah pencipta dari sebuah seni yang sangat berperan penting dalam kehidupan. Seniman adalah media penyampaian nilai – nilai kemanusiaan.

ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUUNGKAN DENGAN PROSA
Prosa adalah bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Ada 2 jenis prosa, yaitu :
  1. Prosa lama
    1. Dongen
    2. Hikayat
    3. Sejarah
    4. Epos
    5. Cerita pelipur lara]
    6. Prosa baru
      1. Cerita pendek
      2. Roman / novel
      3. Biografi
      4. Kisah
      5. Otobiografi
Dalam karya sastra khususnya tentang prosa, harus memiliki pesan – pesan dalam cerita nya. Jadi prosa harus mempunyai nilai – nilai yang diperoleh pembaca lewat karya sastra, yaitu :
  1. Memberikan kesenangan
  2. Memberikan informasi
  3. Memberikan warisan cultural
  4. Memberikan keseimbangan wawasan

ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI

Puisi adalah ekspresi pengelaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia alam dan tuhan melaluimedia bahasa yang artistic atau estetik yang secara padu dan utuh di padatkan kata – kata nya. Ada beberapa alasan penyajian puisi, yaitu :
  1. Pengalaman hidup manusia
  2. Puisi dan keisyafan atau kesadaran individual
  3. Puisi keisyafan social

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai 1) penganut kebudayaan, 2) pembawa kebudayaan, 3) manipulator kebudayaan, dan 4) pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.
Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

Manusia Indonesia dan Kebudayaan
Manusia Indonesia dalam hal kebudayaan saat ini mengalami berbagai rintangan dan halangan untuk menerima serbuan kebudayaan asing yang masuk lewat Globalisasi (perluasan cara-cara sosial melalui antar benua). Dalam hal ini teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonedia turut merobah cara kebudayaan Indonesia tersebut baik itu kebudayaan nasional maupun kebudayaan murni yang ada di setiap daerah di Indonesia. Dalam hal ini sering terlihat ketidakmampuan manusia di Indonesia untuk beradaptasi dengan baik terhadap kebudayaan asing sehingga melahirkan perilaku yang cenderung ke Barat-baratan (westernisasi). Hal tersebut terlihat dengan seringnya remaja/i Indonesia keluar-masuk pub, diskotik dan tempat hiburan malam lainnya berikut dengan berbagai perilaku menyimpang yang menyertainya dan sering melahirkan komunitas tersendiri terutama di kota-kota besar dan metropolitan. Dalam hal ini terjadinya berbagai kasus penyimpangan seperti penyalah gunaan zat adiktif, berbagai bentuk kategori pelacuran dan ‘western’ lainnya tak lepas dari ketidak mampuan manusia Indonesia dalam beradaptasi sehingga masih bersikap ‘conform’ dan ‘latah’ terhadap kebudayaan asing yang melenyapkan inovasi dalam beradaptasi dengan budaya asing sehingga melahirkan bentuk akulturasi. Bila dikaji dengan teliti hal tersebut mungkin dikarenakan ciri-ciri manusia Indonesia lama yang masih melekat seperti percaya mitos dan mistik, sikap suka berpura-pura, percaya takhyul yang dimodifikasi, konsumerisme, suka meniru, rendahnya etos kerja dan lain sebagainya bisa jadi mengakibatkan terhambatnya akulturasi (percampuran dua/lebih kebudayaan yang dalam percampurannya masing-masing unsurnya lebih tampak). Sikap etnosentrime (kecenderungan setiap kelompok untuk percaya begitu saja akan keunggulan/superioritas kebudayaannya sendiri dan sikap senosentrisme (sikap yang lebih menyenangi pandangan/produk asing) merupakan hal selanjutnya yang dapat menghambat terwujudnya kebudayaan nasional untuk kemajuan bangsa dan negara.
Sepertinya, sudah saatnya manusia Indonesia berikut dengan berbagai kebudayaan daerahnya yang ada melakukan suatu bentuk adaptasi yang sifatnya inovasi/pembaruan dengan budaya Barat/asing seperti dalam hal kesenian dimana instrumen musik tradisional dipadukan dengan instrumen modern (alat-alat band dengan teknologi komputernya) maupun perawatan berbagai benda kebudayaan dengan teknologi asing yang ada sehingga akulturasi dapat diwujudkan.
Selain itu, pengaruh media komunikasi seperti Televisi, radio, Internet sangat besar dampaknya dalam hal cara pandang manusia Indonesia terhadap ras. Sinetron-sinetron maupun film yang ditayangkan di Televisi dan bioskop yang memvisualisasikan dan mensosialisasikan gaya hidup ras Caucasoid (orang Eropah) turut mempengaruhi cara pandang manusia Indonesia terhadap budayanya sehingga tidak timbul kesadaran untuk mempelajari tindakan sosial dan sebaliknya. Dalam hal ini manusia Indonesia sepertinya lebih mengagung-agungkan/memuja ras Caucasoid berikut dengan gaya hidupnya dan menjadikannya sebagai kelompok acuan (umumnya oleh kaum perempuan) sehingga secara tak langsung mempengaruhi akal dan intelegensi, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku manusia Indonesia sehingga terkendala dalam memajukan kebudayaannya sendiri.

THE ART OF LOVING

THE ART OF LOVING
Erich Fromm

Buku Karya Erich Fromm ini banyak membahas tentang hal-hal yang berhubungan dengan cinta. Cinta berhubungan dengan konsep bahwa semua manusia adalah bagian dari totalitas Illahi yang sama. Selain menyayangi Tuhan diatas segalanya, kita juga harus menyayangi sesama kita seperti menyayangi diri sendiri. Fromm mengajukan pertanyaan tantang apa upaya paling dasar yang kita perlukan dalam kehidupan. Erich Fromm merasa bahwa kebutuhan terbesar manusia adalah menemukan kebersamaan. Fromm merasa perpisahan adalah penyebab fundamental dari kecemasan dan putus asa. Satu-satunya cara yang benar-benar berhasil dalam memenuhi kebutuhan akan kebersamaan adalah melalui tindakan cinta.

Beberapa aspek praktis dari cinta:
1. Mencintai merupakan sesuatu tuntutan.
Fromm mengatakan tentang Seni mencintai, cinta adalah sesuatu yang harus kita pelajari. Cinta tidak datang secara alami, itu bukan sesuatu yang kita lakukan secara naluriah. Mencintai adalah sebuah keterampilan yang harus dipelajari dan dipraktekkan dalam kehidupan. Oleh karena itu kita memiliki kecenderungan untuk menunggu dan pasif terhadap seseorang yang kita sayangi, dan kemudian kita merasa diperlakukan tidak adil ketika tampaknya tidak ada kepedulian. Namun agar cinta ada, orang harus bertindak, seseorang harus melakukan suatu hal.
Fromm mengisyaratkan bahwa jika kita berharap untuk menerima cinta, kita sendiri harus siap untuk memberikan cinta. Cinta bukan Jalan satu arah.

2. Cinta aktif bukan pasif
Hal yang sering disalah pahami. Banyak orang menafsirkan ini sebagai cinta menyerah/pasrah yang berarti mengorbankan sesuatu. Mereka juga sering merasa cinta
menghancurkan kebebasan mereka sebagai individu. Fromm mengatakan ini adalah tidak benar, karena dua alasan:
Pertama, cinta tidak terbatas pada pememberian materi.
Kedua, cinta tidak diberikan karena rasa takut terhadap orang lain. Jika demikian berarti kita mengorbankan kebebasan sebagai individu.

Cinta aktif, cinta adalah memberi, dan cinta yang menghasilkan kebersamaan sehingga memperkuat individualitas sejati kita.
Selain aspek-aspek dasar cinta, Fromm juga membahas elemen-elemen lain yaitu cinta yang peduli, tanggung jawab, rasa hormat dan pengetahuan.

Elemen terakhir dari cinta adalah iman. Untuk memberikan diri kita dalam cinta kepada orang lain, kita harus memiliki iman. Tanpa rasa keterbukaan yang didasarkan pada iman, tidak boleh ada cinta.

Fromm membahas berbagai jenis cinta, diantaranya:
1. Cinta persaudaraan
2. Cinta ibu
3. Cinta ayah
4. Cinta diri
5. Cinta karena nafsu.

Cinta aktif adalah cinta yang memberi dan inklusif. Cinta menuntut agar kita menyerahkan diri kita sehingga dapat memperkaya diri kita yang sebenarnya. Cinta bukan didasarkan pada kebutuhan egois, tapi pada pengakuan bahwa kita semua adalah bagian dari energi Illahi yang terbentuk di alam semesta.
Dengan ini, kita kembali ke titik kita berangkat, gagasan kesatuan, yang merupakan tujuan dari cinta sejati.