Laman

Jumat, 30 Desember 2011

TULISAN 1

Perusahaan yang mengalami konflik dalam Organisasi

Ada  beberapa  jenis  konflik  yang  umum  dan  sering  muncul  dalam  suatu organisasi/perusahaan  antara lain:  
(1)  konflik peranan  yang  terjadi  di  dalam  diri  seseorang (person-role conflict)
(2)  konflik antar  peranan  (inter-role  conflict)
(3)  konflik yang  timbul karena  seseorang  harus  memenuhi  harapan  beberapa  orang  (intersenderconflict) 
(4)  konflik yang  timbul  karena  disampaikannya  informasi  yang  saling  bertentangan  (intrasender  conflict)

Berdasarkan sumbernya,  konflik  dalam  organisasi  muncul  karena  beberapa  sebab  seperti: 
(1) konflik individu
(2) konflik antar  individu
(3) konflik kelompok
(4) konflik antar  kelompok
(5) konflik organisasi
(6) konflik kelompok dengan organisasi

Konflik yang muncul dalam suatu organisasi akan mengganggu kelancaran hubungan antar individu  dalam  organisasi.  Apabila  hubungan  antar  individu  terganggu  akibat  adanya  konflik, maka  pribadi-pribadi  yang  berkonflik  akan  merasakan  suasana  kerja  menjadi  tertekan.  Orang-orang  yang bekerja di  bawah tekanan dapat mengakibatkan  menurunnya  tingkat motivasi kerja. Akibat  dari  semua  itu  prestasi  kerja  berkurang  sehingga  secara  luas  hal  tersebut  akan mengakibatkan produktivitas kerja pribadi dan organisasi/perusahaan menurun.

Pada dasarnya konflik memiliki dua sisi yang berbeda, di satu sisi konflik bisa bermanfaat secara  positif,  tetapi  pada  sisi  lain  juga  membawa  dampak  negatif  baik  bagi  orang-orang  yang berkonflik  maupun  organisasi  secara  luas.

Manfaat  secara  positif  adanya  konflik  organisasi antara  lain:
(1) organisasi  menjadi  lebih  dinamis
(2) konflik  sebagai  suatu  kejadian, dapat dipakai  sebagai  pengalaman  berharga
(3) konflik yang diakibatkan oleh pembuatan kebijakan mengenai kesejahteraan atau pengupahan menyadarkan hak pimpinan organisasi lebih berhati-hati  dalam  setiap  mengambil  keputusan,
(4)  konflik  yang  berhasil  diatasi  dan  memuaskan  dua belah  pihak,  melahirkan  pribadi-pribadi  yang  kreatif,  kritis,  dan  inovatif,
(5)  konflik  juga menyadarkan semua elemen organisasi atas makna sebuah kemajemukan. 

Sedangkan  konflik  secara  negatif  dapat  mengakibatkan: 
(1) komunikasi  organisasi terhambat,
(2) kerjasama  yang sudah dan akan terjalin antar  individu dalam organisasi  menjadi terhalang/terhambat,
(3) aktivitas produksi dan distribusi dalam perusahaan menjadi terganggu,
(4) bekerja dalam  situasi  yang  sedang  ada konflik  muncul  saling  mencurigai, salah paham, dan penuh intrik  yang  mengganggu  hubungan  antar  individu, 
(5) individu  yang  sedang  berkonflik akan  merasakan  cemas,  stres,  apatis,  dan  frsutasi,  (6)  stres  yang  berkepanjangan  menyebabkan orang yang sedang berkonflik akan menarik diri dari pergaulan dan mangkir dari pekerjaan. 

contoh perusahaan yang pernah mengalami konflik : 

PT. Freeport McMoran Indonesia
Perusahaan  PT. Freeport McMoran Indonesia
Jenis Galian :Tembaga dan Emas
Tahap Produksi
Lokasi :Grasberg dan Eastberg, Pegunungan Jaya Wijaya
Luas Konsesi :1,9 juta ha (Grasberg) dan 100 Km2 (Eastberg)
Kontrak Karya :I . 7 April 1967 Kepres No. 82/EK/KEP/4/1967
II. 30 Desember 1996
Saham :Freeport McMoRan Copper & Gold Corp (81,28%) PT Indocopper Investama (9,36%), dan pemerintah Indonesia sebesar 9,36%.

PT Freeport Indonesia adalah perusahaan tambang paling tua beroperasi di Indonesia. Bahkan perusahaan tambang Amerika Serikat inilah yang mengarahkan kebijakan pertambangan Indonesia. Terbukti Kontrak Karya (KK) PT FI ditetapkan sebelum UU No 11 tahun 1967 tentang pertambangan Umum. Dan catatan buruk akibat dampak pertambangannya di Papua sangatlah luar biasa.

Dimulai dengan digusurnya ruang penghidupan suku-suku di pegunungan tengah Papua. Tanah-tanah adat tujuh suku, diantaranya suku Amungme dan Nduga dirampas awal masuknya PT FI dan dihancurkan saat operasi tambang berlangsung. Limbah tailing PT FI telah meniumbun sekitar 110 km2 wilayah estuari tercemar, sedangkan 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa beracun dan 133 km2 lahan subur terkubur. Saat periode banjir datang, kawasan-kawasan suburpun tercemar Perubahan arah sungai Ajkwa menyebabkan banjir, kehancuran hutan hujan tropis (21 km2), dan menyebabkan daerah yang semula kering menjadi rawa. Para ibu tak lagi bisa mencari siput di sekitar sungai yang merupakan sumber protein bagi keluarga. Gangguan kesehatan juga terjadi akibat masuknya orang luar ke Papua. Timika, kota tambang PT FI , adalah kota dengan penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia. 

Ironisnya, disaat penghasilan PT FI naik dua kali lihat pada tahun 2005, hingga mencapai 4 kali PDRB Papua. Index Pembangunan Manusia (IPM) Papua berada di urutan ke 29. Dari 33 propinsi. Nilai IPM diekspresikan dengan tingginya angka kematian ibu hamil dan balita akibat kurang gizi. Lebih parah lagi, “kantong-kantong kemiskinan” di yang berada di kawasan konsesi pertambangan PT FI mencapai angka di atas 35%. Menjadi sangat ironis. Disaat gaji dan tunjangan dua orang CEO PT FI (James Moffet dan Richard Aderson) mencapat US$ 207,3 juta, pendapatan rata-rata penduduk Papua kurang dari US$ 240 per tahun. Hasil Audit BPK tahun 2005, atas pengelolaan penerimaan negara bukan pajak pada Departemen ESDM dan PT FI untuk tahun anggaran 2004 – 2005 menunjukkan Indonesia belum mendapatkan hasil optimal dari KK PT FI.

Secara khusus perusahaan membayar militer untuk mengamankan perusahaannya. Dalam aporan resmi tahunan Freeport tertulis telah memberikan sejumlah US$ 6,9 juta pada tahun 2004, lalu US$ 5,9 juta pada tahun 2003, dan US$ 5,6 juta pada tahun 2002 kepada militer (TNI). Hampir setiap tahun, perusahaan selalu melaporkan telah membiayai TNI untuk melindungi keamanan tambangnya. Daftar panjang pelanggaran HAM juga terjadi disekitar pertambangan PT FI. Intimidasi adalah kondisi keseharian yang harus dihadapi warga sekitar tambang.
Bergabungnya jajaran ahli ekologi, akademisi, ekonom, pengamat HAM, gender dan kesehatan yang terpelajar dan ternama ke jajaran Badan penasehat PT FI, seperti Prof. Otto Soemarwoto, Prof. Dr. Oekan Abdullah, Dr. .M. Chatib Basri, Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek hingga HS Dillon. Ternyata, sama sekali tak berpengaruh merubah perilaku PT FI. Sebaliknya, mereka manjadi alat penguat klaim Freeport sebagai perusahaan yang bertanggung jawab.

Anenya hingga saat ini tak ada tindakan signifikan apapun yang dilakukan oleh pemerintah terhadap PT Freeport. Wajar jika rakyat Papua menuduh pemerintah Indonesia hanya merampok kekayaan mereka. Aksi-aksi yang terus mendesak pertambangan ini dikaji ulang atau segera ditutup terus merebak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar